Tak kurang dari 43 juta pengguna Internet di Indonesia memiliki social media. Bahkan, pada 2010-2011 Indonesia sempat tercatat dalam jajaran atas negara dengan pengguna Facebook dan Twitter terbanyak di dunia. Keberadaan social media mengubah lanskap komunikasi masyarakat. Banyak yang menemukan kembali teman lama setelah punya akun Facebook. Bagi sebagian digital natives, fungsi pos-el (e-mail) mulai tergantikan dengan adanya fitur message di Facebook.
Kini, Facebook, Twitter, Youtube, dan kawan-kawan bisa diakses dari mana saja. Ketika banjir Blackberry masuk ke tanah air, para operator selular mengakui bahwa melonjaknya permintaan Blackberry dipicu popularitas jejaring sosial. Tak berselang lama, telepon-telepon selular pun mulai dipersenjatai koneksi Internet dengan menggadang-gadang fitur Facebook yang terintergasi di dalamnya. Tak mengherankan jika hasil survey APJII 2012 memperlihatkan bahwa 70% orang menggunakan ponsel pintar untuk mengakses Internet.
Mengapa jejaring sosial popular?
Carla Mooney dalam bukunya “Online Social Networking” menyebutkan sejumlah alasan mengapa jejaring sosial seperti Facebook begitu popular di kalangan anak dan remaja.
- Jejaring sosial menyediakan fitur-fitur yang memudahkan remaja untuk mengekspresikan diri.
- Jejaring sosial menyediakan beragam cara untuk terkoneksi dengan teman-teman dalam jangkauan yang luas dan waktu yang singkat.
- Jejaring sosial memberikan ruang bagi remaja untuk bereksperimen dengan identitas (profil) mereka saat itu.
- Jejaring sosial memungkinkan remaja memperoleh umpan balik yang cepat.
- Jejaring sosial menyediakan ruang bagi remaja untuk mengenal orang lain dengan beragam budaya sekaligus mengembangkan hobi mereka.
Layaknya Internet, social media tak ubahnya dua sisi koin. Bagi orang dewasa, social media mungkin bukan sebuah persoalan besar. Tapi tidak bagi anak-anak. Mereka adalah kelompok yang rapuh di satu sisi, tetapi mereka juga kelompok yang sedang mengembangkan kemampuan sosial. Tarik-menarik antara dua kutub inilah yang harus disadari oleh para orangtua dan anak-anak. Karena itu, penting rasanya mengetahui manfaat dan dampak social media bagi anak dan remaja.
Manfaat social media
Dalam porsi yang tepat, social media bisa memberikan pengalaman positif bagi para remaja. Dari hal-hal yang diungkapkan Carla Mooney di atas, ada beberapa poin positif yang bisa dimaksimalkan dalam penggunaan social media oleh para remaja.
- Social media dapat dijadikan media bagi remaja untuk mengembangkan potensinya. Blog bisa menjadi medium untuk melatih kemampuan menulis. Youtube dapat dijadikan medium untuk belajar musik. Beberapa penulis muda yang tenar saat ini memulai langkahnya dari menulis di blog.
- Membangun network, bersosialisasi, dan membangun komunitas. Dengan bergabung, misalnya, di komunitas yang konsen dengan persoalan sosial, remaja mulai belajar mengembangkan diri dan minatnya.
- Umpan balik positif akan mendorong remaja lebih mengembangkan kemampuan dan keunikannya. Jangkauan social media yang luas memungkinkan umpan balik yang cepat dan beragam—yang mungkin tidak diperoleh di dunia offline.
- Sumber informasi dan ide kreatif.
- Medium untuk bertukar informasi.
Manfaat positif di atas tentu tidak serta merta datang tanpa pendampingan dari orangtua. Setiap bentuk social media mensyaratkan hal-hal tertentu kepada penggunanya. Hal yang paling dasar misalya menyangkut umur minimum pengguna. Facebook mensyaratkan umur pengguna harus di atas 13 tahun. Karena itu, sebaiknya anak belum diberi izin memiliki akun di Facebook, Twitter, dan lainnya.
Dampak negatif social media
Kekhawatiran bagi orangtua ketika anak terjun ke social media adalah kerentanan dan kekritisan mereka yang belum memadai. Di jejarig sosial, berbagai obrolan dan aktivitas hilir mudik. Sebagian besar di antaranya mungkin bukan konsumsi anak-anak. Beberapa kasus penculikan anak yang ramai diberitakan di media massa umumnya berawal dari Facebook. Berikut ini beberapa dampak negatif social media bagi anak dan remaja.
- Kecanduan dan terobsesi pada aktivitas online. Semenit tidak memeriksa lini masa atau menulis status rasanya ada saja yang kurang, dan sulit untuk konsentrasi.
- Masalah privasi. Informasi pribadi diunggah ke jejaring sosial. Hal ini membuka pintu bagi tindak criminal dan pelecahan.
- Terpapar materi-materi yang tidak seharusnya dikonsumsi anak, misalnya pornografi.
- Cyberbullying: melecehkan dan merendahkan orang lain. Anak-anak paling rentan terhadap cyberbullying. Ledek-ledekan di sekolah bisa berakhir menjadi pelecehan di jejaring sosial.
- Waktu belajar berkurang seiring semakin intens ber-social media.
- Kurang perhatian dengan keluarga dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan.
- Mengganggu kesehatan.